
NUSAREPORT —Jakarta,. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2025 diperkirakan melambat signifikan. Centre of Economic and Law Studies (Celios) memproyeksikan ekonomi hanya tumbuh 5,03%, tertekan oleh rangkaian bencana yang menghantam sejumlah wilayah di Sumatera dan menimbulkan kerusakan luas pada rumah warga, infrastruktur, hingga sektor pertanian.
Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira, menjelaskan bahwa bencana tersebut menimbulkan pukulan ekonomi berlapis. Selain menghilangkan pendapatan rumah tangga, kerusakan jalan, jembatan, dan lahan pertanian membuat rantai pasok terganggu serta memperlambat aktivitas ekonomi daerah. “Kerusakan yang terjadi tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga mengganggu stabilitas ekonomi warga,” ujarnya.
Celios merinci Aceh menanggung kerugian terbesar mencapai Rp 2,2 triliun. Dua provinsi lain, Sumatera Utara dan Sumatera Barat, masing-masing mengalami kerugian sekitar Rp 2,07 triliun dan Rp 2,01 triliun. Melihat eskalasi risiko dan dampak lingkungan, Celios mendesak pemerintah untuk memberlakukan moratorium izin tambang dan perluasan kebun sawit di wilayah rawan. “Sudah waktunya beralih ke ekonomi yang lebih berkelanjutan,” tegas Bhima.
Pemerintah merespons cepat situasi ini. Menteri Keuangan Purbaya Yudhoyono menegaskan kesiapan pemerintah menambah anggaran untuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sesuai kebutuhan lapangan. Saat ini, BNPB masih memiliki cadangan dana sekitar Rp 500 miliar. “Namun jika BNPB membutuhkan tambahan, pemerintah telah menyiapkan ruang fiskal untuk segera digelontorkan,” kata Purbaya.
Ia memastikan bahwa tambahan anggaran akan difokuskan pada operasi darurat, rehabilitasi infrastruktur, serta bantuan sosial bagi warga yang terdampak. Dana tersebut berasal dari pos penanggulangan bencana yang memang sudah dialokasikan dalam APBN, sehingga pemerintah bisa bertindak cepat tanpa mengganggu stabilitas fiskal.(Redaksi-Sumber Alc diolah Rabu 3 Desember 2025)