NUSAREPORT- Muara Bungo ,-Pemerintah terus berpacu memastikan bantuan sosial benar-benar tiba di rumah-rumah yang hidupnya paling rapuh. Di tengah tekanan ekonomi yang sering datang tiba-tiba, negara kini bertumpu pada dua fondasi penting: pemeringkatan kesejahteraan Desil dan sistem data baru DTSEN. Keduanya menjadi peta jalan yang membantu pemerintah mengenali siapa yang masih berjuang memenuhi kebutuhan dasar, dan siapa yang telah cukup kuat berdiri di atas kakinya sendiri.

Desil membagi masyarakat ke dalam sepuluh kelompok berdasarkan kesejahteraan. Di lapisan terbawah, keluarga dalam Desil 1 hidup dari hari ke hari, dengan pendapatan yang sering tak menentu dan kebutuhan pokok yang terasa semakin jauh dari jangkauan. Pada Desil 2, keadaan memang sedikit lebih baik, namun kerentanan mereka tidak kalah besar kenaikan harga saja sudah cukup untuk membuat dapur tak mengepul. Desil 3 berada pada kondisi hampir miskin, mudah terjatuh ketika ekonomi berguncang. Kelompok Desil 4 masih rentan, terutama ketika bencana, sakit berat, atau kehilangan pekerjaan datang tanpa permisi. Sementara Desil 5 adalah keluarga pas-pasan yang bekerja keras setiap hari, namun tetap belum merasa benar-benar aman.

Peta kesejahteraan ini menjadi pegangan pemerintah menentukan siapa yang paling layak menerima Program Keluarga Harapan, bantuan pangan, atau jaminan kesehatan. Keluarga hingga Desil 4 menjadi sasaran utama, sementara Desil 5 masih dibantu ketika menunjukkan kerentanan tertentu. Di atasnya, masyarakat dinilai telah cukup stabil sehingga tidak lagi menjadi prioritas bantuan rutin.

Akurasi pemetaan ini kini diperkuat oleh Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN), sistem pendataan baru yang menggantikan DTKS. Bila sebelumnya data hanya berisi daftar penerima bantuan, DTSEN mencatat gambaran sosial ekonomi masyarakat secara utuh dan memetakan kesejahteraan berdasarkan Desil dengan mengacu pada NIK. Sistem ini melibatkan Kemensos, BPS, dinas sosial daerah, serta para pendamping PKH yang melakukan verifikasi langsung di lapangan mendatangi rumah warga, mencatat keadaan sebenarnya, dan memastikan tidak ada keluarga miskin yang luput dari perhatian.

Dengan basis data yang lebih lengkap dan terukur, DTSEN diharapkan menjadi fondasi penyaluran bantuan yang lebih adil, transparan, dan akuntabel. Pemutakhiran data berlangsung setiap bulan hingga tanggal 26 dan ditetapkan secara resmi per tiga bulan. Mekanisme ini memberi ruang bagi perubahan kondisi warga agar selalu tercermin dalam data karena kemiskinan bisa memburuk dalam hitungan hari, sementara perbaikan membutuhkan waktu yang lebih panjang.

Meski perbaikan terus dilakukan, tantangan tetap muncul. Menteri Keuangan Purbaya mengungkap bahwa sebagian subsidi justru masih dinikmati mereka yang berada di Desil 8 hingga 10 kelompok yang sudah mapan hingga sangat kaya. Kebocoran subsidi ini menjadi alarm bahwa pembaruan sistem tidak boleh berhenti. Pemerintah pun menargetkan desain baru subsidi rampung pada semester I-2026 untuk kemudian dijalankan bertahap selama dua tahun berikutnya.

Di balik semua upaya ini, pemahaman publik tentang Desil dan DTSEN menjadi penting. Ketika masyarakat mengetahui posisi kesejahteraannya, mereka dapat memahami alasan di balik penetapan penerima bantuan, sekaligus ikut mengawasi jalannya kebijakan. Pada akhirnya, yang diharapkan adalah sebuah sistem yang tidak hanya memindahkan angka dari satu kolom ke kolom lain, tetapi benar-benar mampu mengubah hidup dengan memastikan uluran tangan negara pertama kali menyentuh mereka yang paling membutuhkan.(Redaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *