
NUSAREPORT – Jakarta ,– Badan Pusat Statistik (BPS) kembali mencatatkan kabar positif dari sisi perdagangan luar negeri. Neraca dagang Indonesia pada Oktober 2025 mencatat surplus USD 2,23 miliar , menandai rekor 66 bulan surplus berturut-turut sejak Mei 2020. Kinerja ini masih ditopang kuat oleh sektor nonmigas yang mencetak surplus USD 4,32 miliar, sementara sektor migas kembali menjadi penekan dengan defisit USD 1,92 miliar, terutama dari impor minyak mentah dan hasil minyak.
Di saat ekspor Oktober turun 2,31% secara tahunan menjadi USD 24,24 miliar, performa kumulatif sepanjang Januari–Oktober tetap menunjukkan arah positif. Total ekspor periode tersebut mencapai USD 234,04 miliar atau tumbuh 6,96%. Sementara itu, impor juga meningkat tipis 2,19% menjadi USD 198,16 miliar, menandakan permintaan domestik yang mulai pulih meski belum sepenuhnya kuat.
Dari sisi harga-harga, tekanan inflasi pada November 2025 tercatat lebih jinak. BPS melaporkan inflasi bulanan sebesar 0,17%, lebih rendah dibanding Oktober yang berada di level 0,28%. Secara tahunan, inflasi turun dari 2,86% menjadi 2,72%. Kenaikan harga masih terutama disumbang kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mencatat inflasi 4,25% dan menjadi penyumbang terbesar inflasi nasional dengan andil 1,22%. Sebaliknya, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mencatat deflasi 0,25%, meski kontribusinya terhadap penurunan inflasi sangat kecil.
Kombinasi surplus dagang yang tetap solid dan inflasi yang terkendali memberi ruang optimisme menjelang tutup tahun. Namun, penurunan ekspor di Oktober menjadi sinyal agar pelaku usaha dan pemerintah tetap waspada terhadap pelemahan permintaan global yang berpotensi menekan kinerja perdagangan pada bulan-bulan berikutnya.(Redaksi) Sumber : Alliance diolah Senin 1 Desember 2025